Fakta Inspiratif ~ Dalam pandangan filsafat, nilai (value) sering dihubungkan dengan masalah kebaikan, sesuatu kekuatan mempunyai nilai, apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebaikan) indah (nilai estetika), baik (nilai moral), religius (nilai religi), dan sebagainya. Dan pemahaman tentang nilai baik yang bersifat objektif maupun subyektif, berikut ini dikemukakan beberapa pengertia tentang nilai:
Kamus Ilmiah Populer : Nilai adalah ide tentang apa yang baik, benar bijaksana dan apa yang berguna, sifatnya lebih absolute dari norma.
Laboratorium Pancasila IKIP Malang : Nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna, yang indah, yang memperkaya batin. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong, menyamakan sikap dan perbuatan manusia.
Nursal Luth dan Daniel Fernandez : Nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan yang mempengaruhi perilaku atau tidak diinginkan yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu.
Menurut Prof. Dr. Notonegoro, nilai dapat digolongkan ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu
- Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi semua manusia.
- Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan.
- Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan atas 4 (empat) macam: (1). Nilai Kebenaran/Kenyataan yang bersumber dari semua akal manusia (rasio, budi dan cipta); (2). Nilai Keindahan yang bersumber dari rasio manusia (perasaan dan estetis); (3). Nilai Moral/Kebaikan yang bersumber dari rumusan kehendak/kemauan (karsa dan etika); (4). Nilai Religius, yaitu merupakan nilai ke-Tuhanan, kerohanian yang tinggi dan mutlak dan bersumber dari keyakinan/kepercayaan manusia.
Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Pancasila sebagai sumber nilai, dapat dikaji dari uraian berikut:
- Pancasila mengajarkan manusia untuk percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam raya beserta isinya. Hidup dan tiadanya tergantung manusia tergantung kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pancasila juga mengajarkan penghargaan atas manusia sebagai makhluk individu (pribadi), yang dihormati karena koadratnya sebagai makhluk yang berbudaya, berbudi luhur, dan bersedia memperlakukan orang lain dengan kasih sayang.
- Pancasila mengajarkan kepada manusia untuk menghargai HAM, yaitu dari kebebasan memilih agama dan menjalankan, beribadah, persamaan harkat dan martabat manusia, kemanusiaan yang adil dan beradab, persaudaraan sesama bangsa, menghargai pendapat orang lain dalam bermusyawarah dan akhirnya persamaan dalam memperoleh keadilan sosial.
- Pancasila mengajarkan kepada manusia untuk mempunyai rasa persatuan dan cinta bangsa dan tanah air yang diimbangi dengan cinta sesama manusia di dunia. Dengan demikian cinta bangsa dan tanah air itu dilakukan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia sekaligus sebagai keluarga besar umat manusia di dunia.
- Pancasila mengajarkan kepada manusia untuk menjalankan prinsip demokrasi dengan bersandar pada musyawarah dalam mengambil keputusan. Walaupun dimungkinkan menggunakan pengambilan suara (voting) apabila tidak tercapai musyawarah.mufakat.
- Pancasila mengajarkan kepada manusia untuk menggunakan prinsip keadilan sosial artinya mendorong individu berperan secara pro aktif dalam proses ekonomi (produksi) dan mendorong suatu usaha sendiri dan berupaya agar usaha tersebut dapat menimbulkan dampak positif bagi orang lain (masyarakat). Dengan demikian pancasila tidak hanya mengajar kebahagiaan individu, namun juga adanya keseimbangan dengan orang lain.
Dari sumber nilai di atas, dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan yang akan dicapai oleh manusia Indonesia adalah kebahagiaan jasmani dan rohani artinya bukan hanya tercukupi kebutuhan material saja namun juga pemenuhan kebutuhan bati. Dengan kata lain adanya keseimbangan antara kebahagiaan dan ketentraman lahir dan batin.
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dengan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa, oleh penyelenggara negara yaitu lembaga-lembaga negara dan seluruh aparat negara baik di pusat maupun daerah yang bersama-sama segenap rakyat Indonesia bahu-membahu untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut.
Pembangunan bukan semata-mata untuk mencapai tujuan dan target pembangunan itu sendiri, tetapi pembangunan diadakan untuk memperbaiki tarif hidup manusia. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pembangunan adalah untuk manusia untuk pembangunan. Pembangunan nasional Indonesia merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memperhatikan tantangan perkembangan dunia secara global.
Pembangunan nasional Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur material dan spritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam wadah Kesatuan Republik Indonesia, yang pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan Nasional tersebut, maka pancasila digunakan sebagai paradigma pembangunan, artinya bahwa pancasila merupakan landasan pola pikir pemerintah dan rakyat Indonesia dalam melaksanakan pembangunan nasional. Dalam pelaksanaannya, pembangunan nasional mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri berkeadilan, sejahtera, maju berkarakter dan kukuh kekuatan moral dan etiknya.
Kondisi yang terjadi sebelum masa reformasi (1998), pembangunan terpusat dan tidak merata, hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi serta tidak diimbangi kehidupan sosial, politik, ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Fundamental pembangunan ekonomi yang rapuh, penyelenggaraan negara yang sangat birokratis dan cenderung korup, serta tidak demokratis telah menyebabkan krisis moneter dan ekonomi, yang nyaris berlanjut dengan krisis moral yang memprihatinkan.
Referensi Saya : Berbagai Sumber
loading...