Fakta Inspiratif ~ Zaman perundagian sering disebut zaman kemajuan teknologi karena pada masa itu teknologi telah berkembang. Pembuatan alat dari logam sudah dikuasai manusia masa praaksara. Teknik peleburan logam memerlukan keahlian yang tinggi karena untuk melebur logam dan menjadikannya suatu alat diperlukan cara-cara khusus yang belum dikenal pada masa sebelumnya. Benda-benda yang dihasilkan dari pengolahan logam pada zaman perundagian adalah kapak perunggu, bejana perunggu, arca-arca perunggu, dan perhiasan.
Pada zaman perundagian, peranan perunggu dan besi sangat besar, tetapi bukan berarti menghapuskan pembuatan alat-alat dari tanah. Pembuatan gerabah justru mengalami perkembangan, baik untuk keperluan sehari-hari maupun upacara keagamaan dan penguburan. Gerabah digunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti untuk tempat air dan makanan. Selain itu, gerabah digunakan sebagai tempat sesaji untuk upacara keagamaan dan bekal kubur untuk penguburan. Misalnya, di Melolo, Sumba Timur ditemukan gerabah berbentuk kendi dalam suatu ekskavasi kuburan masa praaksara yang dilakukan pada arkeolog.
Di Indonesia penggunaan logam untuk pembuatan peralatan hidup diketahui pada masa beberapa abad sebelum Masehi. Berdasarkan temuan-temuan arkeologis, manusia purba di Indonesia hanya mengenal alat-alat dari perunggu dan besi. Untuk perhiasaan selain bahan perunggu juga telah dikenal emas. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukkan persamaan bentuk dan pola hiasannya dengan temuan-temuan di Dongson (Vietnam).
Hal itu menimbulkan dugaan tentang adanya hubungan budaya yang berkembang di Dongson dengan di Indonesia. Kebudayaan Dongson mulai berkembang setelah berakhirnya zaman Batu Madya (Neolithikum) atau ketika awal zaman Logam. Berdasarkan penelitian arkeologi, kawasan kebudayaan Dongson merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Di kawasan budaya tersebut banyak ditemukan berbagai jenis alat-alat dari perunggu, alat-alat dari besi dan kuburan-kuburan. Berbagai benda peninggalan purbakala tersebut juga ditemukan di beberapa tempat di Asia Tenggara.
Adapun yang menjadi pendukung serta penyebar kebudayaan Dongson ke wilayah Asia Tenggara, adalah kelompok orang-orang Melayu Muda (Deutro Melayu) yang masuk ke Indonesia sekitar 500 tahun sebelum Masehi. Bangsa Deutro Melayu ini merupakan nenek moyang suku Jawa, Sunda, Bali dan Bugis. Selain menyebarkan hasil kebudayaan seperti perkakas dan alat-alat hidup, mereka juga menyebarkan pengetahuan bercocok tanam, membuat perahu bercadik, astronomi, dan sistem kepercayaan animisme serta dinamisme. Salah satu bukti penemuan penting tersebut adalah ditemukannya sebuah bejana perunggu di Phnom Phen (Kamboja) yang bentuk, ukuran, maupun ornamennya menyerupai bejana perunggu yang ditemukan di daerah Kerinci dan Madura.
Selain bejana perunggu, di wilayah Indonesia ditemukan sejumlah benda-benda perunggu yang sama dengan peninggalan sejarah yang ditemukan di daerah Indocina. Misalnya, patung, peralatan rumah tangga, peralatan bertani, perhiasan, dan nekara. Berdasarkan penelitian Heger tentang nekara-nekara perunggu di Asia Tenggara dapat disimpulkan bahwa nekara-nekara perunggu yang ditemukan di Indonesia termasuk kategori Heger I dan peninggalan sejarah yang ditemukan di daerah Banten termasuk kategori IV.
Nekara Indonesia yang masuk kategori I tersebut didatangkan dari Indocina dan Tiongkok. Bukti-bukti adanya nekara-nekara perunggu yang telah dicetak di Indonesia adalah ditemukannya beberapa cetakan nekara di daerah Bali. Berdasarkan penelitian Heger, di samping terdapat jenis-jenis nekara tipe lokal, di Indonesia juga terdapat jenis-jenis nekara yang ditemukan di Asia Tenggara dan Cina. Nekara-nekara perunggu jenis Heger I tersebut ditemukan di Cibadak, Cirebon, Pekalongan, Banyumas, Semarang, Kedu, Tanurejo, Rengel, dan Lamongan. Diperkirakan nekara-nekara tersebut dibuat 2.500 tahun yang lalu.
Selain itu, bukti pengaruh kebudayaan Dongson di Indonesia juga terdapat pada situs bangunan Megalithikum di Pasemah, Sumatra Selatan. Di dalam situs makam Pasemah ditemukan lukisan manusia memegang nekara gaya Dongson. Nekara dan pedang gaya Dongson juga terlihat pada pahatan batu Pasemah. Penelitian nekara perunggu yang dilakukan F. Heger dan adanya situs Pasemah Megalithikum tersebut memperkuat pendapat bahwa ada hubungan antara kebudayaan perunggu Indonesia dengan kebudayaan perunggu Asia Tenggara yang berpusat di Dongson, Indocina.
Oleh Herimanto
loading...