Fakta Inspiratif ~ Sejak tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia mulai merekonstruksikan penulisan (menyusun) konsep sejarah nasionalnya. Berbeda dengan historiografi tradisional yang bersifat kedaerahan (regiosentris) dan historiografi kolonial yang bersifat Eropasentris maka historiografi nasional adalah penulisan sejarah yang bersifat Indonesiasentris. Indonesiasentris artinya penulisan sejarah yang membahas peranan bangsa Indonesia dalam peristiwa sejarah.
Selain itu, karena berfungsi sebagai sarana pembentukan karakter dan nasionalisme bangsa (character and nation building) maka penyusunan sejarah Indonesia selalu dikaitkan dengan nasionalisme. Oleh karena itu, penyusunan sejarah nasional tentu akan lebih mementingkan unsur konsensus, seperti persatuan, integrasi, dan ketertiban masyarakat.
Perdebatan mengenai orientasi dan rekonstruksi sejarah nasional Indonesia pertama di kota Yogyakarta pada tahun 1957. Pada seminar sejarah tersebut muncul pemikiran perlunya nasionalisasi atau pribumisasi historiografi Indonesia. Pada seminar sejarah Nasional Indonesia yang kedua tahun 1970, muncul perdebatan mengenai peranan bangsa Indonesia dalam sejarah Indonesia. Penulisan sejarah pada waktu itu didominasi Eropasentris yang melihat sejarah Indonesia sebagai sejarah ekspansi orang-orang Eropa di Indonesia.
Setelah era 1970-an banyak perubahan penting terjadi, dalam arti pemikiran tentang bagaimana sejarah seharusnya ditulis, tetapi juga kegiatan pengembangan ilmu sejarah. Misalnya, diadakannya proyek-proyek penelitian, penerbitan, seminar-seminar sejarah, dan pengabdian pada masyarakat. Dampak seminar Sejarah Nasional Indonesia pertama dan kedua yang ingin menjadikan sejarah nasional Indonesia lebih otonom juga terus berlanjut. Sebagai bukti berlanjutnya gaung perubahan tersebut adalah munculnya sebuah artikel karangan R. Smail berjudul Towards History of Indonesia. Tulisan tersebut berusaha melihat sejarah Indonesia dari sudut pandang orang Indonesia, yaitu dengan menekankan dinamika masyarakat Indonesia sendiri sehingga Indonesia bukan ajang dari permainan asing semata-mata.
Untuk menindaklanjuti hasil Seminar Sejarah Nasional yang kedua, dan dikuatkan lagi pada seminar Sejarah Nasional yang ketiga tahun 1981 di Yogjakarta maka dilakukan upaya integrasi ilmu sejarah dengan pendekatan ilmu-ilmu sosial. Begawan sejarah Indonesia dari UGM, Sartono Kartodirjo bahkan menganjurkan, selain memakai pendekatan ilmu-ilmu sosial (multidimensional) dalam penulisan sejarah juga perlu dikembangkan pendekatan struktural dan sejarah analitis. Bukunya yang berjudul Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah dan Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif telah membuka cakrawala baru dalam penulisan sejarah Indonesia dalam segi teori dan metodologi.
Atas dasar kemajuan yang diperoleh dalam teori dan metodologi sejarah, sejarawan Indonesia yang dimotori oleh Sartono Kartodirjo, Marwati Djoned Pusponegoro dan Nugroho Notosusanto telah berhasil menyusun buku sejarah nasional Indonesia. Buku yang diberi judul Sejarah Nasional Indonesia tersebut menekankan aspek kronologi dan proses peristiwa sejarah yang bersifat sinkronik-struktural. Meskipun masih banyak kekurangannya, buku tersebut menjadi satu-satunya buku sejarah nasional terlengkap dan komprehensif. Buku tersebut juga diringkas isinya untuk keperluan pengajaran di sekolah menengah.
Beberapa contoh karya sejarah nasional adalah tulisan-tulisan sejarah yang berasal dari kalangan sejarawan akademisi yang merupakan hasil disertasi yang telah berhasil diterbitkan. Misalnya, buku-buku yang berasal dari disertasi T. Ibrahim Alfian yang berjudul Perang di Jalan Allah dan terjemahan buku disertasi Sartono Kartodirjo yang berjudul Pemberontakan Petani di Banten 1888. Pusat Sejarah TNI juga telah berhasil menerbitkan banyak buku yang sebenarnya telah dirintis sebelum adanya lembaga tersebut. Tokoh-tokoh penting militer, seperti A.H. Nasution, T.B. Simatupang, dan Hasan Basry telah menulis pengalaman mereka pada saat revolusi fisik dalam buku memoar. Salah satu buku penting hasil pengalaman pribadi yang pernah dihasilkan oleh tokoh militer adalah buku A.H. Nasution yang berjudul Sekitar Perang Kemerdekaan.
Oleh Herimanto
loading...