Fakta Inspiratif ~ Berdasarkan tingkat kecerdasan otaknya, manusia dan berbagai jenis kera dimasukkan dalam satu golongan yang di sebut dengan golongan primata. Diantara golongan primata, manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Manusia berjalan tegak, kecerdasan dan akalnya jauh, melebihi dengan makhluk primata lainnya.
Beribu-ribu tahun yang lalu Indonesia sudah dihuni manusia, yaitu manusia purba Indonesia, keadaan manusia purba Indonesia berbeda dangan keadaan kita saat ini. Manusia purba Indonesia berasal dari daratan Asia Perpindahan manusia purba itu terjadi bergelombang, sekelompok demi sekelompok kemudian menyebar hampir keseluruh wilayah Indonesia.
Untuk mengetahui kehidupan manusia purba, para ahli mengadakan penggalian di tempat-tempat yang diduga pernah di huni oleh manusia purba. Dari penggalian itu ditemui Fosil, yaitu sisa-sisa tumbuhan hewan, dan manusia yang telah membantu, dan artefek, yaitu alat-alat yang digunakan manusia pada waktu itu.
Ditanah air kita terdapat banyak fosil manusia purba. Maka tanah air kita terkenal dalam penyelidikan manusia purba. Sampai saat ini fosil manusia purba Indonesia masih banyak ditemukan di Pulau Jawa.
Fosil manusia purba yang pertama kali ditemukan di Indonesia adalah Pithecantropus Erectus ( pitheca – kera, anthropus – manusia, erectus- berdir ), yaitu manusia kera yang berjalan tegak. Fosil pithecanthropus Erectus di temukan pertama kali pada tahun 1890 oleh Dr Eugene Dubois di dekat Desa Trinil di tepi sungai Bengawan Solo, tidak jauh dari Ngawi (Jawa Timur). Pithecantropus Erectus memiliki ciri kera lebih nyata dari pada ciri manusia.
Fosil Meganthropus Palaeojavanicus (mega-besar, anthropus-manusia, pelaeo- tua; javanicus – Jawa), yaitu manusia raksasa dari Jawa Kuno, yang ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1941, di daerah Sangiran, disebelah utara Surakarta, Jawa Tengah. Meganthropus Palaeojavanicus bertubuh sangat besar dan diperkiran sebagai manusia yang tertua, lebih banyak mempunyai ciri manusia dari pada Pitheconthropus Erectus, Meganthropus Paleojavanicus memiliki tukang rahang bawah sangat besar, Gerahamnya menunjukkan ciri manusia, tetapi tetap mempunyai ciri kera, yakni tidak berdagu.
Selain kedua fosil yang masih memiliki ciri kera yang nyata itu, di Indonesia juga ditemukan fosil yang lebih banyak mempunyai ciri manusia. Fosil manusia itu disebut Homo. Fosil Homo Soloensisi (homo-manusia; soloensisi-dari Solo), yaitu manusia dari Solo, ditemukan pada tahun 1931-1934 di desa Ngandong, di lembah Bengawan Solo, oleh Von Koenigswald dan Weidenreich. Fosil Homo Wajakensis di temukan pada tahun 1889 di desa Wajak dekat Tuluanggung, Jawa Timur, oleh Dr Eugene Bubois. Fosil Homo Wajakensis juga di temukan di daerah Indonesia Timur. Menurut Eugene Dubois, Homo Wajakensis adalah nenek moyang penduduk asli Australia.
Di luar wilayah Indonesia, fosil manusia purba ditemukan di benua Asia, di benua Eropa, dan di benua Afrika. Fosil manusia purba di benua Asia ditemukan di dekat Pedking (Beijing) Republik Rayat Cina, disebut Homo Pekinensis. Homo Pekinensis memiliki ciri sama dengan Homo Soloensis. Di Eropa, di lembah sungai Neander, dekat kota Dusseldorf (Jerman), ditemukan fosil Homo Neandertalensis, yaitu manusia dari lembah Neander. Fosil Homo Neandertalensis ditemukan juga dibeberapa Negara Eropa yang lain. Di Afrika, di Gua Broken Hill, ditemukan Homo Rhodesiensis yang juga di sebut Homo Africanus.
Setelah mengalami perkembangan selama beribu-ribu tahun, manusia purba makin sempurna, sampai akhirnya menjadi manusia seperti sekarang. Manusia sekarang disebut Homo Sapiens, yang artinya adalah manusia bijaksana.
Hidup Berpindah-Pindah
Kehidupan manusia purba, dapat kita ketahui dari fosil dan artefak yang ditemukan. Hasil temuan fosil dan artefak menunjukkan kehidupan manusia purba masih sangat sederhana. Hidup mereka sangat tergantung pada alam. Mereka memperoleh makanan dari berburu binatang, menangkap ikan, dan meramu (mengambil buah-buahan, daun-daunan, dan umbi-umbian). Oleh karena itu, manusia purba memilih bertempat tinggal di dekat semak belukar atau padang rumput yang subur, dan di dekat sungai atau danau, daerah-daerah itu banyak dilalui dan didatangi binantang yang mencari makan dan air untuk minum. Kalau persediaan makan disuatu tempat telah habis atau mulai menipis, manusia purba berpindah ketempat lain yang masih banyak tersedia makanan. Jadi tempat tinggal manusia purba itu selalu berpindah-pindah. Mereka berpindah dari daerah yang kurang makanan ke daerah yang masih banyak makanannya. Hidup berpindah-pindah itu berlangsung selama beribu-ribu tahun. Sampai saat ini pun di beberapa tempat di dunia masih terdapat masyarakat yang hidupnya berpindah-pindah.
Manusia purba membuat alat-alat untuk berburu dan meramu. Mula-mula alat yang digunakan dibuat dari batu yang buatannya masih amat kasar. Kemudian pembuatan alat batu diperhalus dan dipertajam. Selain itu digunakan juga alat dari tulang. Pada umumnya alat batu digunakan untuk mencari umbi-umbian dan tumbuhan, sedangkan alat tulang digunakan sebagai mata anak panah dan gada untuk berburu. Alat-alat batu dan tulang yang disebut artefak itu sering ditemukan disatu tempat dengan fosil manusia purba.
Alat-alat batu yang banyak ditemukan di Indonesia berupa kapak perimbas, tempat penemuan kapak perimbas, antara lain. Pacitan (Jawa Timur). Bengkulu, Awang bangkal (Kalimantan), Cabbenge (Sulawesi Selatan), Langkat (Sumatera Selatan). Bersama kapak perimbas, sering pula ditemukan alat serpih, alat serpih digunakan sebagai serut, gurdi, penusuk dan pisau. Alat dari tulang ditemukan di Ngandong, daerah Ngawi, Jawa Timur, bersama alat dari tulang ditemukan juga alat dari tanduk binatang.
Sejak dahulu alam dunia selalu mengalami perubahan. Perubahan alam itu ada kalanya kecil, tetapi kadang-kadang amat besar hingga mengubah keadaan permukaan bumi. Perubahan permukaan bumi terjadi beberapa kali. Perubahan itu akibat turun naiknya suhu udara. Suhu udara yang semula panas berubah menjadi dingin, menyebabkan permukaan es di kutub meluas. Karena permukaan es meluas, tinggi permukaan air laut kurang dan menurun. Akibatnya, di Indonesia bagian barat terbentuk Paparan Sunda, yang menyatukan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan hampir seluruh Nusa Tenggara dengan Daratan Asia.
Di Indonesia bagian timur terbentuk Paparan Sahul, yang menyatuhkan sebagian kepulauan Maluku dan Irian dengan Australia, Sulawesi dan Filipina merupakan wilayah tersendiri, hubungannya dengan daratan Asia dibatasi oleh Laut Cina Selatan. Pada waktu itulah terjadi perpindahan keleompok-kelompok manusia purba, Fauna dan Flora dari Asia ke daerah-daerah Indonesia melalui jalan darat.
Flora dan Fauna Indonesia bagian barat sama dengan Flora dan fauna Asia, sedangkan flora dan fauna Indonesia bagian timur banyak persamaannya dengan flora dan fauna di Australia. Sebagai kawasan tersendiri pada zaman purba. Pulau Sulawesi dan sebagian Maluku memiliki beberapa jenis fauna yang tidak terdapat di Indonesia bagian barat maupun di Indonesia bagian timur. Fauna khas Pulau Sulawesi antara lain anoa dan tapir. Turun naiknya suhu udara diperkirakan berlangsung selama 60.000 tahun dan berakhir kira-kira 20.000 tahun yang lalu. Pada masa itu, di Indonesia diperkirakan hidup manusia purba.
Sumber : Sejarah Nasional Indonesia
loading...