Fakta Inspiratif ~ Sejak awal abad ke 1 M sudah terjalin hubungan dagang antara Indonesia dan India yang melewati jalur Selat Malaka. Oleh karena itu, daerah Selat Malaka menjadi ramai dan diikuti dengan munculnya pusat-pusat perdagangan yang akhirnya menjadi pusat kerajaan. Salah satu kerajaan yang muncul di kawasan Selat Malaka adalah kerajaan Sriwijaya.
Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar yang pernah Berjaya di Indonesia. Kerajaan ini mampu mengembangkan diri sebagai Negara maritim dengan menguasai lalu lintas pelayaran dan perdagangan internasional. Jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa dikuasai. Dengan demikian, setiap pelayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur atau sebaliknya harus melewati wilayah kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatera, sebagian Jawa, Semenanjung Malaysia, dan Thailand Selatan.
Sumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Prasasti-Prasasti (enam di Sumatera Selatan dan Satu di Pulau Bangka)
- Prasasti Kedukan Bukit (tahun 683 M), isinya tentang perjalanan Dapunta Hyang yang mengadakan perjalanan selama delapan hari dengan membawa 20.000 pasukan dan berhasil menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
- Prasasti Talang Tuo (684 M), isinya tentang pembuatan Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.
- Prasasti Kota Kapur (686 M), ditemukan di Jambi. Isinya adalah tentang permohonan kepada dewa untuk keselamatan rakyat dan kerajaan Sriwijaya.
- Prasasti Telaga Batu, ditemukan di Palembang. Isinya adalah berupa kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan dan melanggar perintah Raja.
- Prasasti Palas Pasemah, isinya adalah bahwa wilayah Lampung Selatan telah menjadi kekuasaan Sriwijaya.
- Prasasti Ligor (775 M), isinya bahwa kerajaan Sriwijaya pernah diperintah oleh Darmaseta.
Berita Orang Cina Yang Bernama I-Tsing
Dalam pemberitaannya, I-Tsing menyatakan bahwa kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M. menurut catatan I-Tsing, Sriwijaya berperan sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan agama Buddha di Asia Tenggara. I-Tsing belajar tata bahasa Sanskerta dan teologi Buddha di Sriwijaya. I-Tsing menerjamahkan kitab-kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Dia menyebutkan bahwa di Sriwijaya ada seribu orang pendeta yang belajar agama Buddha. Disebutkan juga bahwa para pendeta yang belajar agama Buddha itu dibimbing oleh Sakyakirti. Berdasarkan berita I-Tsing ini, dapat disimpulkan bahwa kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-7 M telah menjadi pusat kegiatan ilmiah agama Buddha di Asia Tenggara.
Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mencapai zaman keemasan pada abad ke-8 dan 9 M ketika dipimpin oleh Balaputradewa. Dalam Prasasti Nalanda (India) disebutkan bahwa Balaputradewa adalah cucu dari raja Jawa dari keluarga Syailendra yang bernama Samaratungga yang menikah dengan Dewi Tara, putrid Raja Dharmasetu (Sriwijaya). Karena Dinasti Syailendra terdesak oleh Dinasti Sanjaya, Balaputradewa melarikan diri ke Sriwijaya lalu diangkat menjadi raja di sana.
Faktor-Faktor yang membuat Sriwijaya menjadi kerajaan yang kuat
- Faktor Geografis : Letaknya yang strategis dalam jalur dagang antara India dan Tiongkok, lebih ramai setelah jalan darat India – Tiongkok terputus. Selain itu juga karena keberhasilan Sriwijaya menguasai perairan di Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan tanah Genting Kra yang sangat menguntungkan dilihat dari segi perdagangan dan militer.
- Faktor Ekonomis : Di Sumatera banyak dihasilkan barang-barang untuk diperdagangkan, misalnya penyu, gading, kapus barus, dan lain-lain.
- Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam : Kerajaan Funan runtuh akibat serangan Kamboja yang dulunya sangat berperan di Asia Tenggara. Posisi kerajaan Funan digantikan Sriwijaya yang dengan cepat berkembang sebagai Negara maritim.
Dalam hubungan diplomatik dengan India, ternyata hubungan itu tidak bertahan lama. Karena pada tahun 1025 M, Raja Rajendracoladewa dari Kerajaan Colamandala (India) melakukan penyerbuan besar-besaran ke wilayah Sriwijaya, antara lain Kedah, Aceh, Nikobar, Binanga, Melayu, dan Palembang. Dalam penyerbuan itu Raja Sriwijaya yang bernama Sri sanggramawijaya Tunggawarman berhasil ditawan. Berita penyerangan tersebut ada dalam prasasti Tanjore di India Selatan.
Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya
Dalam perkembangan selanjutnya, Sriwijaya menjadi pusat perkembangan agama Buddha Mahayana yang terpenting di Asia Tenggara dan Asia Timur sebagai buktinya adalah kedatangan seorang pendeta Tibet bernama Attisa ke Sriwijaya, yaitu antara tahun 1011-1023 M. tujuan kedatangannya itu adalah untuk belajar agama Buddha kepada guru besar agama Buddha yang bernama Dharmakirti.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain sebagai berikut.
- Adanya serangan dari Jawa, yaitu serangan dari Raja Dharmawangsa pada tahun 990 M yang mengirimkan tentaranya ke Sriwijaya.
- Adanya serangan dari Kerajaan Colamandala pada tahun 1023 M, 1030 M, dan 1068 M.
- Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya akibat banyaknya Bandar-bandar penting di Sriwijaya yang melepaskan diri dari kekuasaan pusat.
- Pengaruh ekspedisi Pamalayu dari kerajaan Singasari ke wilayah Melayu yang merupakan kekuasaan Sriwijaya.
- Adanya serangan Majapahit pada tahun 1477 M. serangan inilah yang paling membuat Sriwijaya kalah habis-habisan hingga kondisinya betul-betul lemah. Baca juga Fakta Sejarah Kerajaan Kediri
Sumber : Merpati – Semester 2
loading...