Fakta Ritual Adat Pikadawu Buton Cia Cia ~ Pikadawu merupakan tradisi yang berorientasi pada nilai-nilai sakral spiritual untuk menolak bala atau menangkal penyakit. Masyarakat bisa terhindar dari segala gangguan makhluk-makhluk halus yang tampak disadari kadang dapat merasuk di dalam diri seseorang. Menjadikan orang kesurupan, bahkan terkadang sampai orang itu gila. Pelaksanaan ritual Pikadawu bisa berperan penting dalam memberikan rasa aman, dan menghilangkan penyakit tersebut. Apalagi hanya penyakit seperti kesurupan, gila, dan penyakit menular. Dengan dilaksanakannya ritual Pikadawu, maka bisa diyakini dapat menolak dan menghilangkan penyakit yang menghinggapi seseorang itu.
Setiap kampung di Huamual Barat yang beretnik Buton Cia Cia, ternyata dalam menyelenggarakan ritual Pikadawu mempunyai tata cara yang berbeda-beda. Namun memiliki tujuan yang sama, yaitu agar masyarakat bisa terhindar dari mara bahaya. Tempat pelaksanaannya pun berbeda saat ritual Pikadawu dilakukan. Hal itu akan bergantung pada petunjuk yang disampaikan para tua-tua adat yang biasa memimpin jalannya ritual tersebut. Pikadawu bukan hanya dilakukan untuk melindungi masyarakat dari segala mara bahaya. Tetapi, Pikadawu juga dapat melindungi kampung dari berbagai amukan roh-roh jahat yang dapat mendatangkan bencana alam. Bukan hanya itu, Pikadawu juga sering dilakukan di kebun, bagi masyarakat petani. Untuk kendaraan laut, bagi masyarakat nelayan dan pelaut. Jika Pikadawu dilakukan seperti itu, biasanya dikenal dengan istilah “Pokande” artinya member makan.
Pokende ini, biasanya dilakukan untuk kendaraan laut (kapal) yang masih baru atau sebelum digunakan beroperasi di laut. Bentuk pelaksanaan ritual Pikadawu semacam ini, dilakukan disaat Kapal itu masih kandas di pelabuhan. Dengan berbagai persediaan makanan siap saji disiapkan, mulai dari paha ayam goreng, ayam masak kua kering, telur ayam matang (ayam kampung), aneka kue-kue, cucur, waji, ketupat, nasi kuning, rokok, dll tersaji di atas Loyang atau dikenal dengan istilah Dulang. Biasanya Dulang yang telah terisi penuh dengan berbagai macam makanan itu, dibungkus dengan kain putih bersih. Usai dibungkus dengan kain, maka dulang itu kemudian dibacakan doa oleh tua-tua adat. Kemudian usai pemberian doa dilakukan, langkah selanjutnya adalah warga yang mengikuti hajatan itu, kemudian secara bersama-sama mengantar dulang itu dari rumah penyelenggara ritual ke tempat kapal yang dituju.
Ketika rombongan yang mengantar dulang itu sudah berada di dalam kapal tersebut, maka dulang itu langsung ditempatkan di bagian belakang kapal dan bagian depan kapal, tepat dipertengahan. Tidak terlalu dibelakang atau di depan sekali. Orang-orang yang hadir di kapal itu, kemudian duduk melingkari dulang. Sambil bersiap-siap menunggu aba-aba dari tua adat. Jangan sampai ketinggalan, tidak dapat merebut isi dulang itu. Usai prosesi doa dibacakan di dalam kapal tersebut. Orang yang hadir secara beramai-ramai kemudian memperebutkan makanan yang berada dalam dulang itu sampai habis tak tersisa. [Fakta Inspiratif]
Referensi : Search Google
loading...